”Dikemiskinan kami perlu pencerahan-pencerahan” U're my inspirations "HAMBIN BASAMAAN" (pikul bersama-sama) وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sabtu, 04 Juli 2009
BI Berniat Mendorong Kredit
JAKARTA, KOMPAS.com - Mencermati perekonomian domestik dan global hingga akhir semester I 2009, Bank Indonesia optimistis prospek ekonomi hingga akhir 2009 akan lebih baik dari perkiraan semula.
Guna mendorong perekonomian semakin baik, BI, Jumat (3/7), menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) 25 basis poin menjadi 6,75 persen. Langkah ini untuk mempercepat penyaluran kredit.
Dengan penurunan BI Rate yang terus-menerus sejak Desember 2008, BI memberi sinyal bahwa kondisi perekonomian ke depan amat kondusif bagi kegiatan sektor riil. BI Rate yang rendah juga pada akhirnya akan menekan bunga kredit.
”Perkembangan ekonomi sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Negara lain juga sudah ada perbaikan,” kata Pejabat Sementara Gubernur BI Miranda S Goeltom saat memaparkan hasil evaluasi perekonomian oleh Rapat Dewan Gubernur BI, Jumat, di Jakarta.
Kontraksi laju ekonomi, yang semula diperkirakan terus berlangsung hingga akhir 2009, diyakini telah berhenti pada akhir semester I 2009. Selanjutnya, pada semester II 2009, laju perekonomian domestik akan memasuki fase stabil untuk kemudian terakselerasi mulai 2010.
Dengan perkembangan tersebut, BI pun sedikit merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dari semula kecenderungan 3,75 persen menjadi kecenderungan 4 persen.
Pada triwulan I-2009, perekonomian Indonesia tumbuh 4,4 persen secara setahunan (year on year), terkontraksi signifikan dari tahun 2008 sebesar 6,1 persen. Pada triwulan II-2009, laju ekonomi kembali terkontraksi menjadi 3,8 persen.
Namun, BI optimistis tak akan lagi terjadi kontraksi pertumbuhan pada triwulan III dan IV 2009. Selama semester II 2009, ekonomi Indonesia diperkirakan bakal stabil. Kinerja ekspor diperkirakan juga membaik meskipun masih dalam zona negatif.
Berhentinya kontraksi laju ekonomi salah satunya tertolong oleh pengeluaran pemilu yang cukup besar. Pengeluaran untuk pemilu presiden diperkirakan sanggup menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap tinggi, mencapai 4,5 persen.
Tetap tingginya konsumsi rumah tangga juga ditopang oleh inflasi yang amat rendah, yang mencerminkan kestabilan harga.
Jika stimulus moneter dan fiskal dapat ditingkatkan serta lancar dan efektif, pertumbuhan ekonomi semakin baik.
Namun, BI juga mengkhawatirkan masih rendahnya penyaluran kredit perbankan karena itu berarti akan mengurangi potensi pembiayaan untuk menumbuhkan ekonomi, baik dari segi konsumsi maupun investasi.
Penyaluran kredit perbankan per Mei 2009 masih mencatat kontraksi 1,1 persen. Seretnya penyaluran kredit diperparah masih tingginya bunga kredit yang membuat perusahaan dan masyarakat enggan meminjam.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini pelaku usaha hanya menunggu rampungnya pemilu presiden. ”Setelah pilpres selesai, pengusaha akan melakukan ekspansi usaha,” kata Mirza.
Dari sinilah perekonomian akan kembali bergerak. Untuk ekspansi, perusahaan membutuhkan dana sehingga mengajukan kredit ke bank. Seiring dengan menurunnya risiko sektor riil, bank pun akan menurunkan bunga kredit. (FAJ)
Sumber : Kompas Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas saran, pendapat ataupun komentarnya yang membangun...