JAKARTA, RABU - Kabar baik buat para importir dan mereka yang menggantungkan bahan baku produksi dari barang impor. Pemerintah memproyeksikan nilai tukar rata-rata dalam enam bulan mendatang (prognosis semester II 2009) sebesar Rp 10.130 per dolar AS, menguat dibandingkan perkiraan realisasi semester I-2009 sebesar Rp 11.070 per dolar AS.
"Dengan asumsi tersebut maka kami perkirakan realisasi nilai tukar rata-rata sepanjang 2009 sebesar Rp 10.600 per dolar AS," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani pada rapat kerja dengan panitia anggaran DPR RI di Jakarta, Selasa (30/6).
Rapat kerja yang juga dihadiri Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta dan Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono ini membahas agenda inti laporan semester I-2009, prognosa semester II-2009 dan RAPBN Perubahan 2009.
Prediksi pemerintah berbeda dengan Bank Indonesia.
Menurut Hartadi, pihaknya justru memperkirakan nilai tukar rupiah hingga akhir 2009 nanti akan berada di bawah kisaran Rp 10.500- 11.000 per dolar AS. "Kondisi perekonomian yang cenderung membaik membuat nilai tukar rupiah kami perkirakan akan membaik," katanya.
Sri Mulyani menyebutkan, pertumbuhan ekonomi enam bulan ke depan diproyeksikan 4,6 persen, di atas perkiraan realisasi pertumbuhan ekonomi semester I-2009 yakni 4,1 persen. Dengan demikian perkiraan realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2009 adalah 4,3 persen.
Inflasi semester I-2009 diproyeksikan 5,0 persen, di atas realisasi inflasi semester sebelumnya 4,2 persen. Sehingga inflasi sepanjang 2009 diperkirakan 5,0 persen.
Menurutnya, tren ekonomi dunia akan mulai membaik pada semester I-2009 nanti. Hal itu antara lain didukung masih positifnya pertumbuhan ekonomi beberapa negara Asia seperti China, India, Indonesia, dan Filipina.
Permintaan global juga dinilai Sri Mulyani mulai meningkat sebagai hasil dari berbagai kebijakan stimulus fiskal dan moneter di banyak negara. "Jika di Indonesia tren ini ditunjukkan oleh membaiknya pertumbuhan ekspor dan impor sejalan dengan meningkatnya permintaan global," paparnya.
Dengan demikian, lanjut Sri Mulyani, pihaknya tetap optimis pertumbuhan ekonomi enam bulan ke depan akan terus menanjak. Juga disebabkan tingginya pertumbuhan konsumsi pemerintah sejak semester II 2008 terkait program stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah serta konsumsi rumah tangga yang dijaga pada kisaran 5 persen. "Pertumbuhan nilai ekspor dan impor juga diperkirakan mulai mengalami pemulihan pada enam bulan ke depan," beber Sri Mulyani.
(Persda Network/aco)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas saran, pendapat ataupun komentarnya yang membangun...