Jumat, 12 September 2008

Pemanasan global 2

(Bagian 2)
...terjadi pada 55jt tahun yg lalu dikenal dgn masa PETM (Paleocene-Eocene Thermal Maximum). Saat itu, gas metana yg terlepas ke atmosfer mengakibatkan percepatan pemanasan global hingga mengakibatkan kepunahan massal. Bukti
geologi lain menunjukkan kepunahan massal juga pernah terjadi 251 juta tahun lalu, pada akhir periode Permian. Akibat terlepasnya gas metana, lebih dari 94% spesies mengalami kepunahan massal. Kematian massal terjadi mendadak karena turunnya level oksigen secara ekstrem.
Membaca fakta-fakta di atas, satu hal yang patut digarisbawahi adalah tenggat waktu yg semakin sempit. Dr. Rajendra K. Pachauri, Ketua IPCC,
menekankan bahwa 2 thn ke depan merupakan masa tenggat penting utk
menghambat laju pemanasan global yg bergerak dgn sangat cepat. James Hansen, ahli iklim NASA, mengatakan bahwa kita telah berada di titik10% di atas batas ambang kemampuan Bumi mencerna CO2. Artinya, kita telah
melampaui titik balik. Pada level saat ini, tindakan yg harus diambil bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.
Kita butuh kecepatan dan ketepatan membaca masalah hingga dapat memilih
solusi yg efektif. Solusi yg mampu berpacu dengan waktu untuk memperlambat laju pemanasan global. Berkaitan dengan ini, dalam konferensi
persnya di Paris, 15 Januari 2008, Pachauri mengimbau masyarakat dunia dlm tingkat individu untuk: pertama, jangan makan daging. Kedua, kendarai sepeda.
Ketiga, jadilah konsumen yg hemat.

Mengapa
"jangan makan daging" berada pada urutan pertama? Fakta berbicara, seperti laporan yg dirilis Badan Pangan Dunia–FAO(2006) dalam Livestock's Long
Shadow-Environmental Issues and Options, daging merupakan komoditas
penghasil emisi karbon paling intensif 18%), bahkan melebihi kontribusi
emisi karbon gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk,
pesawat, kapal, kereta api,helikopter) di dunia (13%). Peternakan juga
adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 70% bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Setiap tahunnya, penebangan hutan untuk pembukaan lahan peternakan berkontribusi emisi 2,4 miliar ton CO2.
Memelihara ternak membutuhkan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan
pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, mesin pendingin utk penyimpanan daging. Mesin pendingin merupakan mata rantai paling tidak efisien energi listrik. Hitung saja mesin pendingin mulai dari
rumah jagal, distributor,pengecer, rumah makan, pasar hingga sampai pada
konsumen. Mata rantai inefisiensi berikutnya adalah alat transportasi untuk
mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung lain dalam
peternakan intensif seperti obat-obatan, hormon dan vitamin.
Mata rantai lain yg sangat tidak efisien tapi telah berlaku demikian
kronis adalah pemanfaatan hasil pertanian untuk peternakan. Dua pertiga lahan pertanian di muka Bumi ini digunakan untuk peternakan. Sebagai contoh, Eropa mengimpor 70% protein (kedelai, jagung dan gandum) dari pertanian
untuk peternakan. Indonesia sendiri pada tahun 2006 mengimpor jagung untuk pakan ternak 1,77 jt ton. Prediksi produksi pakan ternak naik dari 7,2
jt ton menjadi 7,7 jt ton, kata Ketua GabunganPerusahaan Pembibitan
Unggas-Paulus Setiabudi (Kompas, 8 November 2007). Sementara itu, menurut
data Indonesian Nutrition Network(NN)...
(Bersambung kebagian 3...)

Tidak ada komentar: