Jumat, 08 Mei 2009

Puisi Palsu

www.bantenlink.com

warta_banten@yahoo.co.id menulis:

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu.
Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu.
Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka kerumah-rumah bapak dan
ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu.
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah
nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.
Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu. Dengan gairah
tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu
sebagai panglima palsu.
Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu. Dan
bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu, tapi
diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank
negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu.
Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan
terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk
palsu.
Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut
tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.

Tidak ada komentar: