Rabu, 24 Juni 2009

Aset Warga Superkaya Merosot


Kamis, 25 Juni 2009 | 08:10 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Warga superkaya dunia menghadapi kemerosotan aset sebesar 20 persen sepanjang tahun 2008 akibat krisis ekonomi yang menjatuhkan bursa saham dan pasar uang. Nilai kekayaan warga superkaya dunia kini jauh di bawah total kekayaan mereka pada 2005.

Demikian hasil studi yang diumumkan Merrill Lynch, Rabu (24/6) di New York. Studi itu tertuang dalam The World Wealth Report yang didasarkan pada hasil survei terhadap 1.350 penasihat keuangan dan sejumlah perusahaan pengelolaan kekayaan warga superkaya.

Mereka yang dijuluki sebagai warga superkaya adalah individu pemilik kekayaan bersih minimal 1 juta dollar AS (sekitar Rp 10 miliar). Kekayaan ini belum termasuk rumah utama mereka. Pemilik kekayaan di bawah itu tidak tergolong superkaya versi Merrill Lynch.

Total kekayaan warga superkaya dunia anjlok menjadi 32,8 triliun dollar AS atau sekitar setengah dari produk domestik bruto (PDB) dunia. Nilai kekayaan itu di bawah kekayaan pada 2005. Namun, total kekayaan mereka masih banyak alias sekitar lebih dari 60 kali lipat dari pendapatan Indonesia per tahun.

Jumlah warga superkaya juga anjlok 14,9 persen. Untuk kategori warga superkaya dengan kekayaan minimal 30 juta dollar AS, jumlahnya juga anjlok sekitar 25 persen.

Harian AS, The Los Angeles Times, edisi Rabu, memberitakan kemerosotan kekayaan terbesar dialami warga di kawasan Amerika Utara, pusat krisis global, berdasarkan studi Capgemini SA dan Merrill Lynch & Co itu.

Meski demikian, jumlah warga superkaya terbanyak tetap berada di AS, yakni sekitar 2,5 juta jiwa.

Jumlah absolut warga superkaya kini tinggal 8,6 juta. Krisis telah melenyapkan kekayaan yang mereka tumpuk dalam dua tahun terakhir ini, bukti lain dari dahsyatnya dampak krisis.

Kemerosotan aset terutama terjadi karena anjloknya harga saham, obligasi, dan real estat. ”Kemerosotan ini berskala besar dan belum pernah terjadi,” kata Nick Tucker dari Merrill Lynch, divisi nasabah khusus biro Inggris.

”Kemerosotan kekayaan terbesar terjadi di kawasan termakmur di dunia ini,” demikian laporan Merrill Lynch, yang sudah 13 kali melaporkan perkembangan kekayaan warga superkaya dunia.

Laporan tersebut juga menegaskan bahwa kemerosotan aset itu akan segera pulih seiring dengan pulihnya perekonomian global.

China lampaui Inggris

Dalam daftar warga superkaya dunia itu, China menyalib Inggris sebagai pemasok warga superkaya dunia. Sebelumnya, negara terbanyak pemasok warga superkaya dunia adalah AS, Jepang, dan Jerman, disusul Inggris. Kini, posisi keempat adalah China lalu Inggris.

Dari Brussels, Belgia, diberitakan bahwa negara-negara di Uni Eropa (UE) harus menemukan cara untuk keluar dari masalah keuangan negara.

Masalahnya, dana talangan yang dikeluarkan UE untuk perbankan di Eropa sudah mencapai 16,5 persen dari PDB. Ini jauh lebih besar dari 0,7 persen dari PDB untuk bantuan negara-negara maju ke negara-negara miskin.

Masalah karena kehancuran perbankan telah membuat beban anggaran negara membengkak. Biaya penyelamatan perbankan juga telah menaikkan utang pemerintah. Beban krisis semakin memperberat pemerintahan UE, di tengah meningkatnya beban untuk para warga di kawasan yang semakin menua. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kestabilan keuangan negara UE. Oleh sebab itu, sebuah kebijakan dan jalan keluar untuk memperkuat kerangka kebijakan fiskal harus dicari. (MON/JOE)

Tidak ada komentar: